Intuisi atau Overthinking?

Ketika kita sudah mengenal dunia spiritual, hal-hal yg berhubungan dengan ramalan, prediksi, mimpi atau firasat pastinya sudah terbiasa. Bahkan,kita sendiri menjadi pelakunya. Membaca artikel tentang shio, zodiak, tarot atau pun primbon.

Saya, mengenal dunia spiritual sejak usia sekolah dasar kelas 4 waktu itu. Hal-hal misitis sering saya temui meskipun saya tidak memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal gaib, namun semenjak itu, saya mulai akrab. Melihat orang kesurupan, mrinding-merinding di area atau ruangan tertentu, hal yg biasa. Pada waktu lulus sekolah, saya pernah membuka praktek meramal dengan kartu remi. Dan banyak yg terbantu untuk mengambil keputusan bagi mereka. 

Saat itu saya lakukan untuk iseng-iseng saja. Lalu beranjak ke kartu Tarot. Dan hal ini menjadi tantangan tersendiri buat saya. Entah kenapa saya tidak menyatu dengan kartu Tarot tersebut. Tidak bisa membaca tanda yang terbuka didalam susunan kartu tersebut.

contoh kartu Tarot

Sehingga untuk Tarot saya skip, saat itu saya sudah mulai bekerja, sehingga waktu untuk mendalami Tarot terbatas, karena masa muda yg penuh huru hara. Dan dari sebuah buku yang saya peroleh di sebuah toko buku terbesar di kota saya, ternyata membuka mata saya, kalau Tarot bukan satu-satunya alat untuk meramal, ada banyak media yang digunakan. Dan salah satunya memakai pendulum. Hanya saja keterbatasan media ini hanya menjawab pertanyaan "Ya" atau "Tidak".

Kemudian ada Palmistri, seni meramal dengan melihat garis tangan. Dan cara ini saya pelajari dengan cukup sulit, sehingga saya sulit membaca garis tangan saya sendiri. Namun ada beberapa garis tangan yg mudah saya ingat lalu saya prkatekkan, dan ternyata benar. Sehingga hanya dengan melihat garis itu, saya bisa memperkirakan usia orang tersebut akan menikah. Ada yg percaya dan terjadi, namun ada yg tidak percaya namun kejadian juga. Dan setelah orang itu bertemu saya, dia merasa gak enak hati.

Intuisi

Lalu seiring berjalannnya waktu, tingkat spiritual yg saya pelajari naik kelas, kali ini menggunakan yg namanya intuisi atau dulu nama umumnya feeling. Beda ya dengan perasaan klo diterjemahkan bebas. Intuisi ini saya coba latih, terutama ketika akan menghadapi sebuah perisitwa atau acara yang buat saya penting. Contohnya saat melamar pekerjaan, "nembak" calon pacar (mengutarakan perasaan), ikut undian, dan pernikahan. 

Untuk intuisi ini, saya lakukan dan batasi hanya untuk diri saya sendiri dulu. Sehingga saya tidak dianggap gila atau halu oleh mereka yg tidak paham.

Saya beri contoh saat akan "nembak" calon pacar yg rekan satu kantor dulu, sejak niat itu saya canangkan, saat itu pula reaksi di jantung saya seperti orang berlari, padahal saya sedang duduk nonton. Intuisi saya menginformasikan bahwa dia bukan untuk saya. Dan hal ini terus terpampang di benak saya.

Setelah hari H dan jam T nya, saya lakukan rencana terssebut di sebuah ruang tamu kantor yg nyaman. Karena saat itu menurut saya adalah waktu yg pas. Tetapi sesuai intuisi saya, saya ditangkis olehnya.

Intuisi Positf yg pertama

Putus asa, tentu tidak, sejak saat itu, saya mulai memilih calon-calon dari setiap pertemuan sosial yang saya hadiri. Hingga pada sebuah pertemuan, ada seorang wanita yg membuat mata saya tidak bisa lepas dari wajahnya. Dan seketika intuisi saya beri informasi, itu dia orangnya. Tetapi karena pengalaman sebelumnya, saya lakukan tes, dengan memperkirakan kalau nomor ponselnya berasal dari operator yg sama dengan nomor ponsel saya, tujuannya agar ketika menelpon, bisa lebih murah. 

ilustrasi 

Dan hal itu terjadi, nomor ponselnya satu operator dengan nomor ponsel saya. Kemudian lanjut, ke tahap pedekate, saya ajak antar dia pulang, intuisi saya memberi sinyal2 positif. Dan prosesnya berjalan lancar hingga saat saya "nembak" dia. 

Dan entah kenapa setiap saya ingin mengungkapkan isi hati, tidak berada di tempat yg roamtis, padahal kami makan hanya berdua, jalan-jalan hanya berdua, eh kok ya "nembak"-nya di eskalator! 

Jawabannya juga membuat saya masih perlu melakukan enkripsi kembali, hingga kami menikah dan memilki 3 orang anak, hasil enkripsinya belum juga saya pecahkan. Dia hanya menjawab : "jalani saja!"

Intuisi negatif yg kesekian kalinya

Kemudian intuisi kembali bermain peran, memberi sinyal2 kegelisahan, ketika saya akan menghadiri sebuah acara peluncuran ponsel dari sebuah merk yang saat ini sudah hengkang. Saat hari H, jantung saya juga terpacu seperti orang berlari, hingga di lokasi, intuisi itu makin kuat, hingga saya perlu sebuah keyakinan untuk menenangkan diri. 

Pada saat pendaftaran untuk masuk ke ruang acara dan setelah itu mengambil snack, saya tidak mendapatkan snack, hanya secangkir kopi pahit, sehingga perut saya mulai meronta-ronta. Untungnya saya sempat makan roti sebelumnya.

Setelah acara usai, kami dijanjikan untuk menghadiri acara khusus fans. Tetapi saya tidak terpilih. Namun untungnya, saya bertemu dengan panitia lainnya yg memberikan gelang khusus. Sehingga saya boleh masuk ke ruangan khusus, sehingga saya bisa mengisi perut yg sejak siang tadi kosong. Sepulangnya dari acara tersebut, bukan happy yg saya peroleh, namun kekacauan dan kelaparan.

Dan sejak itu, saya sering berkonfirmasi dengan intuisi saya,  ketika akan menghadiri acara atau melakukan sesuatu yg penting. Ketika tanggapannya negatif, saya berusaha untuk tidak hadir atau mencoba memberikan alasan yg terbaik untuk menolaknya.

Apakah ini yg disebut Overthinking?

Hingga saat ini, tiba-tiba intuisi saya kembali menggedor saya, seperti memberi sinyal-sinyal peringatan. Awalnya saya tidak memahami untuk apa sinyal tersebut dipancarkan? Tetapi ada petunjuk tambahan yang merujuk kepada satu titik.

Keadaan ini, membuat saya mejadi terkaget-kaget, sehingga saya mencoba menelusuri mencari petunjuk lainnya, yg menguatkan intuisi tersebut. Meskipun sedikit demi sedikit mulai terkuak, tetapi belum sampai ke sebuah kesimpulan akhir.

Dan hal ini, membuat perasaan saya menjadi gak karuan, kadang emosi seperti menahan marah, sedih hingga mendekati menangis, sampai rasa seperti ditolak saat mengungkapkan perasaan kepada calon pacar. Serta perasaan sedih seperti kehilangan sesuatu hal yg sangat berharga, seperti perasaan ketika mama saya wafat. Intinya di dada ini terasa seperti sesak.

Sampai banyak pikiran-pikiran serta khayalan-khayalan yang aneh-aneh berputar di benak saya. Kadang seperti nonton drama korea dengan "sad ending" atau seperti film "action" yang tokoh utamanya terluka namun memenangkan pertempuran. Tidak luput juga perasaan curiga yang seringkali tampil menyeruak.

Pada titik ini, ada sebuah pertanyaan yg muncul, apakah intuisi bisa menyebabkan overthingking?


Karena masih berproses, hingga menuju ke sebuah kebenaran, maka saya akhiri tulisan ini. Terima kasih atas kunjungan di blog saya ini.



Eddy Mulyono



Komentar

  1. Cewek emang gitu Kak, kata "jalani saja" itu dalam sekali maknanya. Sehingga banyak yang menggunakan sebagai jalan ninja untuk menjelaskan makna "iya", tapi ini pendapat aku sih wkwkwk..ada yang sependapat nggak ya.

    BalasHapus
  2. sejauh ini ramalan yang pernah aku baca adalah ramalan zodiak 🤣
    btw, tulisan ini menarik sekali. semoga ada pembahasannya lebih lanjut mengenai intuisi hihi
    aku pernah baca buku The Secret dan Quantum Ikhlas entah ini sejenis atau nggak tapi aku rasa sama-sama pake feeling gtu.
    aku pernah iseng baca garis tangan tapi nggak mudeng 🤣
    intuisi negatif yang dateng ini apa bisa bikin orang sakit sampe paranoid?

    BalasHapus
  3. Ditunggu mas kelanjutan tulisannya, apakah ada korelasi instuisi dengan overthingking. Kayanya akan semakin menarik

    BalasHapus
  4. Membuat saya ikutan jadi berpikir dan overthinking mas 😁. Dalam hidup kadang saya juga berpikir sesuatu secara tepat berdasarkan intuisi sesaat, walau kadang berakhir mengecewakan, kebanyakan yang lain berhasil

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Internetan Happy Bebas Worry

Kokreasi Smartfren bersama UN1TY dan Dari Jendela SMP

Ketika No Drama No Ribet jadi Unlimited